Palembang, SV – Polda Sumsel bersinergi bersama Forkopimda Sumsel dan Manggala Agni berjibaku dalam menanggulangi kebakaran lahan yang ada di wilayah Sumsel.
Cuaca panas akibat El Nino yang berkepanjangan menyebabkan kekeringan di sejumlah wilayah di Sumsel, sehingga team penanggulangan Karhutla Provinsi Sumsel kesulitan mendapatkan air.
Pemadaman api melalui water bombing membutuhkan waktu penerbangan yang lama untuk mendapatkan air dan juga dibatasi SOP, sehingga helicopter ini tidak bisa menjatuhkan air di lahan konsesi, oleh karena itu maka yang perlu diperkuat adalah upaya pemadaman melalui darat yang dikomandoi oleh Manggala Agni.
“Saya mendapatkan banyak masukan, bahwa dibutuhkan peralatan berupa excavator, dan perlunya penambahan masa kerja dari Tim Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Yanga akan habis masa kerjanya,” ujar Kapolda Sumsel Irjen Pol A Rachmad Wibowo saat berkunjung ke Markas Manggala Agni di Daops Sumatera XVII OKI, Senin (30/10/23) yang lalu.
“Kemudian, kita berkordinasi dengan PJ Gubernur Sumsel DR Agus Fatoni, terkait perihal tersebut,” terangnya.
Menurut Kapolda Sumsel, setelah menerima laporan, PJ Gubernur Sumsel DR Agus Fatoni menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Sumsel melalui BPBD Provinsi Sumsel akan meminta BNPB untuk memperpanjang masa kerja team Teknologi Modifikasi Cuaca.
“PJ Gubernur Sumsel DR Agus Fatoni akan segera mengirimkan tiga unit excavator untuk memperkuat team Manggala Agni Daops Sumatera XVII OKI,” jelas Irjen Pol A Rachmad, Kamis (2/11/23).
“Masing-masing excavator tersebut akan dikirim dari Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel sebanyak satu unit yang akan digunakan untuk membangun sekat bakar, dan dua unit akan dikirim oleh dinas PSDA Provinsi Sumsel untuk normalisasi kanal yang akan dialiri air yang dipompa dari Sungai Komering ke lokasi titik api sepanjang 18 kilometer,” terangnya.
Ditempat terpisah, Kepala PPI Manggala Agni Sumatera Daops XVII Sumatera, Ferdian Krisnanto mengatakan bahwa perlunya penekanan kepada masyarakat untuk berhenti membakar lahan untuk ladang.
“Karena upaya modifikasi cuaca melalui hujan buatan sangat kecil tingkat keberhasilannya bilamana tidak terbentuk awan hujan, sedangkan terbentuknya awan ini membutuhkan penguapan air atau evaporasi, dan evaporasi tidak bisa terjadi bilamana udara dipenuhi asap Karhutla,” tutupnya.